Uncategorized

Korban Erupsi Semeru : 39 Meninggal 12 Orang Hilang

Lumajang, suarapembaruan.news – Komandan Satgas Bencana Semeru yang juga Danrem 083 Bhaladika Jaya/BJ Malang Kolonel Inf Irwan Subekti, Rabu (8/12/2021) malam menjelaskan, jumlah korban jiwa yang berhasil diketemukan dan dievakuasi dari endapan lahar Gunung Semeru berkedalaman antara tiga hingga lima meter, bertambah hingga total menjadi 39 jiwa. Sedangkan dari laporan penduduk, tercatat sebanyak 12 orang dinyatakan hilang dan dalam pencarian.

Sementara korban luka-luka yang menjalani perawatan di fasilitas kesehatan ada 82 jiwa luka ringan dan 25 lainnya luka berat.

Korban luka berasal dari daerah terdepan bencana, sekitar Dusun Curah Kobokan, Dusun Renteng di Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro.
“Luka-luka yang sebagian besar diderita penduduk adalah luka bakar karena mereka harus berlari menerobos aliran lahar panas Gunung Semeru yang baru dibawa lahar dingin. Dan sebagian lainnya ada yang kejeblos laharan serta sebagian terjatuh saat menyelamatkan diri menuju tempat yang aman,” ujar Danposko SAR Basarnas Surabaya I Wayan Suyatno yang ikut mendampingi Irwan Subekti.

Bupati Lumajang Thoriqul Haq menambahkan, para korban yang mengalami luka-luka, sebagian besar menjalani perawatan di RSU Pasirian dan RSUD Hayoto Lumajang.
“Sesuai imbauan Menteri PMK Muhadjir Effendy, dari RSU di Malang dan Surabaya sudah diterjunkan sejumlah dokter kulit yang akan menangani para pasien luka bakar,” ujar Thoriqul Haq.

Kembali menurut Kol Inf Irwan Subekti, upaya pencarian terus dilakukan sampai kurun waktu yang memungkinkan. Diakui, pencarian yang dilakukan tim SAR Gabungan bersama relawan seringkali terkendala karena cuaca.

“Kalau pihak BMKG menyatakan kondisi di kawasan terdepan atas berbahaya karena sewaktu-waktu puluhan juta kubik material dari atas puncak longsor terbawa air hujan, akan membahayakan keselamatan tim pencari. Karenanya, kepada warga Dusun Renteng, Dusun Curah Kobokan, Desa Sumberwuluh, Desa Supiturang dan sekitarnya, kami larang kembali ke pemukimannya kendati dengan alasan ingin mengambil sisa harta bendanya dan atau mencari sanak saudaranya.

Seperti dilaporkan Bupati Lumajang Thoriqul Haq, bahwa di perkampungan terdepan, terdekat dengan sobekan kawah Gunung Semeru itu terdapat sekitar 2.000 unit rumah penduduk yang hancur dan ditenggelamkan endapan lumpur laharan.

Diakui, kawasan padat penduduk itu tanahnya selain sangat subur juga menjadi pusat pertambangan pasir kelas satu dan batu kali kualitas terbaik untuk bahan bangunan. “Warganya memang banyak bermata pencaharian petani dan penambang material pasir dan batu kali,” aku Thoriqul Haq sambil mengakui sebagian bangunan rumah penduduk banyak yang bagus atau berdinding tembok semen.

Pertaniannya juga bagus, sehingga praktis mereka betah bertempat tinggal di kawasan berbahaya laharan Gunung Semeru.

Bantuan Pekan Ternak
Cukup banyak sumbangan dalam bentuk sembako (makanan) dan air minum serta pakaian bagi para pengungsi korban erupsi Gunung Semeru di titik-titik Posko Pengungsian di Probojiwo, Candipuro dan Pasirian, Kabupaten Lumajang,  maka Kwartir Daerah Gerakan (Kwarda) Pramuka Jawa Timur menusulinya dengan mengirimkan bantuan pakan ternak kepada para pemilik ternak sapi dan kambing milik para pengungsi.

Baca Juga :  Tim Pemenangan Dawam - Azwar: Calon Kami Sangat Faham Penderitaan Petani

Bantuan berupa pakan ternak di antaranya rumput gajah, daun pucuk tebu dan pucuk daun jagung itu setelah Brigade Penolong 13 Kwarda Gerakan Pramuka Jatim terjun ke kawasan terdampak erupsi Gunung Semeru di Dersa Sumberwuluh dan Desa BesukBang, Kecamatan Candipuro, Lumajang, di hari ketiga, Selasa (7/12/2021).

“Warga terdampak juga membutuhkan bantuan pakan ternak mereka yang merupakan bagian dari harta benda berharga mereka. Karena kondisi darurat ini tidak hanya bagi mereka saja namun hewan ternak juga ikut terdampak akibat erupsi dan lahar dingin Gunung Semeru,” ujar Ketua Kwarda Gerakan Pramuka Jatim, Arum Sabil, ditemui di Posko Sumberwuluh, Rabu (8/12/2021).

Hasil dari pemetaan dan mitigasi bencana kami, banyak kebutuhan yang diperlukan warga selain sembako, air bersih, pakaian dan selimut, juga pakan ternak.
“Ingat,  hewan ternak itu merupakan harta benda bagi warga desa dan petani.
Arum menegaskan, Kwarda Pramuka Jatim saat ini fokus pada penanganan hewan ternak, karena terkadang lepas dari perhatian,” katanya.

Sementara bagi warga terdampak erupsi, hewan ternak merupakan aset perekonomian mereka atau dalam bahasa Jawa disebut ‘raja kaya’. Karena lahan tanah persawahan dan hutan yang semula banyak ditumbuhi rumput, kini kerontang karena sudah tertutup debu vulkanik dan material laharan.

“Karena itu Pramuka hadir untuk support pakan ternak, yaitu silase komplivit. Dan ini akan terus kami kirim kontinyu kepada para peternak di daerah terdampak di Lumajang,” tegas Arum yang juga Wakil Ketua Umum DPP Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) itu.

Disebutkan, untuk bantuan awal sebanyak satu truk pakan ternak, di mana sekarung berisi 50 kg rumput campuran. “Distribusi pakan ternak setiap harinyya akan dibagikan petugas Brigade Penolong 13 Kwarda Pramuka Jatim,” tandas Arum yang ikut mengantar bantuan di Posko Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Ternak hewan milik pengungsi itu ditempatkan sekitar 100 meter dari tempat pengungsian penduduk.

Selain mengirim bantuan pakan ternak, Kwarda Pramuka Jatim juga menerjunkan tenaga medis hewan agar kondisinya tetap sehat akibat terpaan debu material laharan Gunung Semeru.

Tim medis hewan disebutkan Arum secara bergantian memeriksa kondisi hewan ternak yang ada di pengungsian. Tim medis hewan dilengkapi dengan obat-obatan. “Tidak hanya masalah makannya saja, tetapi kami pikirkan juga kesehatan hewan ternak,” imbuh Arum.

Diakui drh Rofiah, dokter hewan dari Kabupaten Lumajang mengakui, dii lokasi bencana alam, banyak hewan ternak yang mengalami luka-luka dan cedera. “Sebagian besar menapaki abu panas laharan sehingga banyak yang mengalami luka-luka. Ada juga yang cedera patah tulang, dan sebagainya karena terburu-buru saat evakuasi.

Baca Juga :  JK : Jangan Jadikan Masjid Tempat Kampanye

Dan yang paling banyak terkena gangguan saluran pernafasan, karena pemiliknya berada di kawasan terdepan aliran bencana erupsi dan laharan Gunung Semeru via Besuk Kobokan,” kata Rofiah.

Sementara beberapa peternak sapi di Desa Sumberwuluh, Agus Sodikin, Abu Salim maupun Saptono mengaku gembira karena ada pihak yang memperhatikan nasib ternak warga yang juga menjadi korban bencana erupsi Gunung Semeru, karena tidak sedikit hewan milik warga yang tidak bisa diselamatkan. “Kerbau, kambing, banyak yang mati karena terendam lava. Kami banyak menderita karena kehilangan harta benda,” aku Abu Salim.

Tetap Aktif
Puluhan penduduk di Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang yang berada di alur Sungai Besuk Kali Mujur yang berhulu di puncak Semeru, tetap melakukan aktivitas hariannya dan tidak terdampak erupsi Gunung Semeru. Aktivitas penambangan pasir di sejumlah sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru masih tetap berjalan seperti biasa.Sejumlah penambang di Desa Pasrujambe, utara Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro itu tetap mengeruk pasir, menaikkan batu kali dari Sungai Besuk Sat. Menurut para penambang, ancaman banjir lahar dingin sewaktu-waktu biasa terjadi ke arah Curah Kobokan. Untuk ke Besuk Sat amat jarang terkecuali laharan itu muntah dari puncak kemudain berbelok ke timur. “Pada umumnya laharan itu ke arah Besuk Kobokan turun ke Pronojiwo dan Candipuro,” ujar Samian sopir truk yang menunggu muatan pasir yang akan ia kirim ke Probolinggo dan atau Jember. Asalkan tidak turun hujan lebat di puncak, aktivitas penambangan di Besuk Sat tetap berlangsung, tambahnya.

Salah satu kawasan yang sudah dilanda banjir lahar dingin yakni ruas jalan nasional, tepatnya di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro. Pertama kali dalam sejarah banjir lahar dingin meluber hingga jalur alternatif penghubung Lumajang-Malang.

Yuliardi salah seorang penambang mengatakan, dirinya tetap bekerja seperti biasa karena kawasan lereng Gunung Semeru sedang tidak terjadi hujan. Terlebih, hulu Sungai Besuk Sat bukan jadi jalur utama material lahar turun sampai ke sungai Besuk Sat yang mengarah ke Timur puncak Gunung Semeru.

“Aliran sini (Besuk Sat) mengandalkan air hujan dari lereng. Kalau hujan baru ikut turun pasir banyak ke Besuk Sat. Karenanya kualitas pasir yang meluncur turun ke Besuk Sat kualitasnya beda karena warnanya merah.
Sedangkan di Besuk Kobokan warnanya hitam,” ujarnya.

Sementara, kawasan Pasrujambe walau dekat dengan puncak Semeru namun posisinya tepat di timur puncak, sedangkan Besuk Kobokan di arah Tenggara puncak.
“Produk dan kiriman pasir sampai sekarang tetap normal,” akunya sambil mengaku tetap waspadai kalau-kalau terjadi penyimpangan alur laharan. (SPnews/Aries Sudiono)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button