Kawasan Relokasi Dijamin Aman dari Erupsi Semeru

Lumajang, suarapembaruan.news – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang menyiapkan hunian sementara (Huntara) dan hunian tetap (Huntap) bagi warga terdampak erupsi Gunung Semeru yang rumahnya rusak berat. Hal itu sesuai dengan hasil rapat koordinasi relokasi pasca bencana awan panas guguran gunung Semeru, media pekan lalu.
Menurut Bupati Lumajang Thoriqul Haq, perencanaan relokasi Huntara sesuai SK Menteri LKH terkait lahan yang telah diputuskan, yaitu berada di Desa Sumbermujur dan Desa Oro-Oro Ombo.
“Tim dari satuan tugas bencana APG (awan panas guguran) Semeru telah menugaskan beberapa tim untuk survei di pilihan-pilihan lokasi. Untuk di jalur Piket nol karena sering terjadi longsor dan kawasannya tidak representatif, sehingga tidak memungkinkan untuk diratakan tanahnya dan untuk kawasan relokasi dalam waktu yang singkat. Alasan lain yaitu tidak adanya sumber mata air dan jaringan listrik,” ujar Thoriq.
Thoriq menegaskan, lahan yang memungkinkan yang ada di dekat Desa Supiturang, yaitu di Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo. “Desa Oro-oro Ombo merupakan tempat teraman bagi relokasi karena telah memenuhi berbagai aspek. Sementara di Desa Sumbermujur merupakan tempat yang aman dan dapat menampung jumlah pengungsi dalam jumlah yang cukup banyak dikarenakan luas tanahnya 81 hektar. Sementara luas di Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, tidak seluas dengan Desa Sumbermujur,” katanya sambil menambahkan, di lokasi Perhutani juga ada hutan produksi, topografinya landai dan tidak berbukit-bukit.
Sementara lebar jalan 21 meter. Sehingga 2 mobil bisa masuk. Untuk setiap kepala keluarga nantinya mendapat tanah kavling seluas 100 meter persegi (m2).
“Untuk fasum yang ada di dalam huntara terdapat tempat ibadah, tempat pemakaman, tempat pengolahan sampah, tempat pendidikan (sekolah) dan Puskesmas. Lahan komersial dapat digunakan sebagai kandang ternak terpadu dan perhutanan sosial. Khusus untuk pehutanan sosial dapat melakukan dengan menggandeng kemitraan, seperti yang ada di Burno Senduro,” ujarnya. Relokasi ini, lanjut Thoriq, harus terencana dan terintegrasi seperti Smart Village (ada CCTV dan pos keamanan).
Proses untuk pengerjaan Huntara dan Huntap dilakukan secara terpisah. Luas rumah Huntara seluas 6 x 4.8 m2 dan untuk luas Huntap seluas 6 x 6 m2. “Rencana anggaran biaya untuk Huntara sebesar Rp 10 juta dengan pengerjaan pondasi, lantai, dinding bata ringan, kusen, pintu, jendela, atap dan tenaga kerja. Untuk Huntara harus memiliki standar yang telah ditetapkan. Huntara memakai spandex, harus ada toilet di setiap hunian,” pungkas Thoriq. (SPnews/Aries Sudiono)