Harap Cemas Boneka Bekasi
Penulis : Rusman Majulekka
MENJELANG tutup tahun 2021, belum bisa membuat Imam Andriana (41) bernafas lega. Apalagi sekedar tersenyum menghitung laba. Seperti masa beberapa tahun sebelumnya, dimana setiap akhir tahun dirinya bisa memetik cuan. “Bisa bertahan saja sudah bagus,” tutur Imam Andriana dengan nada pelan menceritakan kondisi usahanya yang ‘mati suri” sejak badai wabah virus covid 19 menghantam aktivitas bisnis dan perekonomian negeri ini Maret 2020.
Imam, begitu pria ini akrab disapa, adalah salahsatu pengusaha boneka asal kota Bekasi, Jawa Barat. Ia tidak pernah menyangka bisnis produk boneka-nya bisa mengalami nasib naas seperti saat ini. Order sepi, karyawan dirumahkan dan sebagaian terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).Tak hanya itu, tiga kendaraan operasionalnya ikut melayang untuk menutupi beban keuangan yang menumpuk.
“Yah…begitulah kondisi usaha kami. Gak ada kegiatan. Nanti malam mau main tenis meja dengan teman-teman,” katanya sambil meneteng tas berisi peralatan olahraga, beberapa waktu lalu, dalam sebuah obrolan ringan di Bekasi.
Memang faktanya, saat kami diajak berkeliling, tak terdengar lagi denyut aktivitas produksi boneka pada beberapa unit ‘rumah produksi’ di daerah Mustika Jaya Bekasi, yang selama ini menjadi binaan organisasi Himpunan Pengusaha Boneka Indonesia (HIPBI) Kota Bekasi yang dipimpin Imam.Suasananya tampak sepi, karyawan pun sisa satu dua orang yang aktif. Lantai dua yang biasa dipakai untuk pembuatan pola dan pemotongan bahan juga kosong saat kami tengok.
Selama ini boleh dibilang industri boneka di daerah penyangga ibukota Jakarta ini merupakan usaha ‘home industry” yang bersifat padat karya dengan melibatkan warga sekitarnya, terutama para ibu-ibu dan perempuan. Industri rumahan boneka, telah menjadi andalan sebagian masyarakat Kota Bekasi sebagai mata pencaharian. Bahkan, sektor ini membuka lapangan pekerjaan di masyarakat.
Kota Bekasi, Jawa Barat, dikenal menjadi sentra home industri boneka. Sudah banyak toko-toko penjual boneka. Bahkan, industri rumahan ini, sebelum masa pandemi covid-19, sangat aktif berproduksi. Boneka-boneka ini, bahkan ada yang diekspor, selain pasar domestik.
“Kami sebagai pengusaha sudah terbiasa mengalami kondisi naik turun permintaan pasar, tapi itu bersifat temporer. Namun situasi kali ini (masa pandemi covid-19) berbeda, memang betul-betul parah.Sama sekali tidak ada order, semua menyetop budgetnya,” ungkap Imam yang mengisi jeda waktu dengan menempuh studi pascasarjana MM di STIE Mulia Pratama Bekasi.
Saat kondisi normal, orderan pembuatan boneka dengan bermacam variasi dan model banyak berasal dari instansi/lembaga pemerintah mapun dinas di daerah kabupaten, perusahaan atau corporate, hotel, dan lainnya. Namun, sekarang banyak terjadi efisiensi, perusahaan yang tutup dan perkantoran yang bekerja dari rumah sehingga berdampak pada mandeknya orderan boneka.
Imam mengakui pandemi Covid-19 telah memukul industri kecil pembuatan boneka di Bekasi. “Bukan lagi perkara produk, price atau lainnya tapi memang tidak ada permintaan pasar dan orderan. Jadi apa yang mau dikerjakan?” kata warga Bekasi asal Kebumen ini dengan wajah serius.
Lalu, sampai kapan kondisi ini? Entahlah. Namun, Imam dkk berharap dibalik kondisi ini terdapat ‘setitik cahaya’ agar ekonomi dapat pulih dan kondisi bisa normal kembali. Buktinya, sejak pertengahan tahun ini, bisnis boneka yang digelutinya berangsur menggeliat lagi. Orderan mulai mengalir. Mesin produksi bunyi kembali. “Semoga ini momentum untuk bangkit kembali…,” harapnya.
Apapun itu, Imam percaya masih banyak peluang yang dapat dijajaki pelaku usaha boneka di masa pandemi. Dibalik perekonomian yang cenderung memburuk, inovasi dan kreativitas dibarengi dengan optimisme tinggi sangat dibutuhkan.
Karena itu, meskipun himpitan ekonomi mendera, dirinya tak tergoda untuk ‘banting stir’. “Passion saya di sini…(boneka,red),” ujar ayah dua anak yang pernah menyabet juara tiga lomba pembuatan boneka ikon kota Bekasi yang dinamakan ‘Bang Bek dan Mpo Asih’. (***)