NASIONAL

Pembuang Sesajen Semeru Ditangkap Polisi Bantul DIY  

Lumajang, suarapembaruan.news –   Hadfana Firdaus alias HF (34) pemuda asal Lombok Nusa Tenggara Barat yang beberapa hari dicari Polisi Lumajang dan Polda Jatim sebagai pelaku penendangan dua buah sesajen yang diletakkan penduduk korban bencana alam lahar dingin erupsi Gunung Semeru di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jatim, akhinya berhasil ditangkap di daerah Bantul, Jawa Tengah, Jumat (13/1/2022) dini hari.

Pemuda asal NTB itu dikecam banyak warga masyarakat Jatim itu dalam rekaman video singkat yang diunggah di kanal Youtube, menendang dua buah sesajen sambil menuding sesajen itu sebagai musrik sehingga memancing kemarahan Tuhan Yang Maha Esa dengan memberikan musibah bencana. Sudah tentu uanggahan video singkat di media sosial (medsos) itu langsung viral dan menuai banyak kecaman karena dianggap sebagai tindakan intoleransi budaya.“HF masih dalam proses pemeriksaan karena baru tadi pagi tiba dari Bantul di Mapolda Jatim, Surabaya,” ujar Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Gatot Repli Handoko yang dihubungi Jumat siang.

Adalah Bupati Lumajang Thoriqul Haq sebagai orang pertama yang meminta Polres Lumajang melakukan penangkapan terhadap HF, karena dianggap memancing keharmonian antar warga Lumajang yang memiliki aneka budaya dan agama. Selama ini antarwarga yang berbeda budaya dan agama itu hidup rukun berdampingan dan tidak pernah terlibat konflik yang berakar dari tindakan yang berbau intoleransi.

Terlebih lagi GU GP Ansor Lumajang dan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, hingga para tokoh agama, pimpinan politik dan ormas GP Ansor Lumajang serta DPD Prajaniti Hindu Indonesia Jatim maupun para pejabat struktural di Jatim lainnya, mengecam tindakan arogan HF yang mengaku sebagai umat Islam. Ia memberikan stempel Islam karena menyebut kalimat Allahuakbar sebelum menendang dua sesajen yang satu di antaranya terletak di palinggih tempat sesajen di pura kecil dan yang lainnya di tepian aliran sungai laharan di wilayah terdampak di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Senin (11/1/2022) lalu.

Dalam pelacakan polisi, HF diketahui pernah menjadi guru (ustadz) di Ponpes Merapi Merbabu, Magelang, Jateng, namun sejak awal Desember 2021 dikeluarkan.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Polres Lumajang dan Polda Jatim yang telah menangkap HF, penendang sesajen Semeru yang direkam dalam video dan sempat viral di medsos,” ujar Bupati Lumajang Thoriqul Haq yang dihubungi, Jumat siang. Dengan tertangkapnya HF, warga Lumajang mengaku gembira dan menuntut agar lelaki itu diperiksa sebagai tersangka ujaran kebencian dan mengadu domba antarwarga di Lumajang. HF layak diperiksa intensif dan diajukan ke meja hijau.

Baca Juga :  Johannes Rettob Kembali Aktif Sebagai Wakil Bupati Mimika

Kombes Pol Gatot Repli Handoko membenarkan, tim pelacak berhasil mengendus keberadaan HF berada di Bantul, Yogyakarta. Dia diringkus tanpa perlawanan, ujar Gatot yang mantan Kasat Sabhara Polrestabes Surabaya itu.

Sebagaimana diberitakan, erupsi Gunung Semeru awal Desember 2021 lalu memang mengundang beberapa kejadian beragam yang viral di Jagad Maya. Terbaru, sejak Minggu (9/1/2022) kemarin, di medsos viral video yang merekam aksi seseorang pria membuang dan menendang makanan sesajen di lokasi terdampak erupsi Gunung Semeru.

Diketahui, sesajen yang dibuang itu terjadi di Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Lokasinya ada di dua titik.

Pertama yaitu bangunan batu palinggih yang mirip pura kecil yang biasa diletakkan di epan rumah warga Bali, dan satu wadah lagi di tepian sungai yang berhulu di puncak Gunung Semeru.

Warga sesalkan aksi HF

Warga setempat Khotib menyayangkan, aksi yang dilakukan pria tak dikenal dalam video viral tersebut. Menurutnya, sesajen merupakan warisan dari budaya leluhur yang masih dipegang banyak masyarakat untuk menjaga tradisi. Aksi itu, lanjut Khotib, disebut telah menciderai perasaan warga lereng Gunung Semeru, terutama yang beragama Hindu dan Budha. Ketua GP Ansor Lumajang Gus Nufal bahkan mengingatkan, bahwa di lereng Gunung Semeru sisi timur terdapat pusat persembahyangan umat Hindu Bali bernama Pura Mandara Giri Semeru Agung sebagai bagian dari rangkaian upacara Nuur Tirta, yakni pengambilan air suci untuk kelengkapan prosesi upacara Agung Karya Ekadasa Rudra di Pura Agung Besakih, di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali. Pura Agung ini berada di sisi Barat Daya Gunung Agung, gunung tertinggi di Pulau Dewata Bali.

Gus Nufal menyatakan bahwa ungkapan HF di rekaman video itu sebagai ngawur, karena hal itu bisa memperpecah kerukunan antarumat beragama. HF menyebut kalau sesajen itu sebagai penyebab bencana Semeru erupsi, karena disebutkan sebagai syirik. Bahkan respon negatif terhadap aksi HF dalam video tersebut juga muncul dari sejumlah tokoh masyarakat tingkat nasional, salah satu di antaranya adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau akrab dikenal Alissa Wahid dan Cak Nun. Lewat akun Twitter-nya, Alissa menegaskan soal meyakini bahwa sesajen tidak boleh, monggo saja. “Tapi memaksakan itu kepada yang meyakininya, itu yang tidak boleh,” tegasnya. Repot memang kalau ketemu yang model2 begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja, tulisnya, Minggu (9/1).

Baca Juga :  Penetapan Tersangka Dana Hibah KONI Papua Barat, Siapakah Mereka?

Gubernur Khofifah Angkat Bicara

Sebelumnya, video viral pria penendang sesajen Semeru juga mendapat tanggapan dari Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa. Khofifah turut menyesalkan adanya aksi viral seseorang yang menendang sesajen di kawasan bencana erupsi Gunung Semeru, Kabupaten Lumajang. Menurut Gubernur Khofifah, hal tersebut termasuk tindakan yang mencederai adat istiadat lokal. Dalam rekaman yang viral, terlihat seorang pria berompi hitam (HF) berada di lokasi erupsi Gunung Semeru. Ia kemudian berjalan mendatangi sesajen yang diletakkan di atas tanah dan palinggih. “Ini yang membuat murka Allah, jarang sekali disadari bahwa inilah yang mengundang murka Allah hingga menurunkan azabnya,” ujar HF dalam video tersebut. Usai mengucapkan kalimat tersebut, ia langsung melempar dan menendang sesajen. Pria yang sama membuang sesajen yang diletakan di atas batu seperti palinggih.

Menanggapi video viral tersebut, Gubernur Khofifah sangat menyayangkan dan menurutnya hal itu tidak seharusnya terjadi dan dilakukan. Terlebih dengan kondisi bangsa Indonesia yang memang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika. “Indonesia ini beragam suku, beragam adat, beragam budaya kita harus saling menghormati. Kalau ada yang berbau budaya, maka pendekatannya ya budaya. Kalau keagamaan, agama apa, ya harus dilakukan pendekatan sesuai dengan agama apa yang diyakini oleh masing-masing masyarakat,” tegas Khofifah di Grahadi, Senin (10/1). Oleh sebab itu, apa yang dilakukan HF dalam video tersebut menurutnya adalah hal yang menyimpang dan menyinggung budaya tertentu yang memang dianut oleh masyatakat sekitar. Tindakan itu bisa menyinggung suku tertentu, bisa menyinggung budaya tertentu, bisa menyinggung adat istiadat tertentu. Yang lebih baik adalah banyak tabayyun,” tandas Khofifah. Tabayyun yang dimaksud adalah mengklarifikasi atau menanyakan ulang pada warga setempat atau warga yang bersangkutan agar tidak terjadi kesalahpahaman. Menurut mantan Mensos RI itu, melakukan hal yang baik, hendaknya dilakukan dengan cara yang baik dan tujuan yang baik pula. Semua ini harus seiring,” tambah Khofifah. Dengan begitu, ia berharap aksi semacam ini tidak terulang kembali ke depannya. Terlebih dengan kondisi di saat-saat bencana alam belakangan ini.

“Jadi jangan mencederai budaya lokal, jangan mencederai adat istiadat lokal. Sebaiknya tanya kepada masyarakat ini untuk apa, daripada ini untuk begini bagaimana kalau sesajen yang berupa buah dan makanan tradisional itu dibagikan kepada warga. Ini caranya juga harus baik,” pungkas Khofifah. (SPnews/Aries Sudiono)

 

 

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button