Dusun Brau, Kampung “Preman” Berubah Menjadi Penghasil Susu
Peternak Sapi Perah Terpuruk Saat Wabah PMK

Batu, suarapembaruan.news – Keberadaan sapi perah bagi warga Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, ternyata dapat merubah nasib mereka lebih baik. Semula merupakan daerah tertinggal berjuluk kampung “preman”. Kini, menjadi penghasil susu murni andalan warga Brau.
Sebelum Tahun 2000, Dusun Brau, merupakan daerah tertinggal. Pekerjaan utama warganya, adalah buruh tani hortikultura, seperti kubis, wortel, sawi, bawang merah dan bawang putih.
Penghasilan sebagai buruh tani, waktu itu, hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan pendapatan yang pas-pasan, para buruh tani bertekad merubah nasib mereka, dengan bekerja lebih keras.
Salah satu yang dianggap lebih menjanjikan dan memiliki peluang besar menambah penghasilan, adalah menjadi pemelihara pedetan (anak sapi) perah.
Hewan yang dipelihara buruh tani, merupakan milik warga setempat dan warga dari dusun lainnya di wilayah Desa Gunungsari.
Pedetan seharga Rp 5 juta, dipelihara selama satu setengah sampai dua tahun. Setelah anak sapi perah betina menjadi dewasa dalam kurun waktu itu, kemudian dijual dengan harga Rp 25 juta.
Uang sebesar Rp 5 juta, selanjutnya dikembalikan kepada pemilik modal. Sedangkan sisanya Rp 20 juta, dibagi berdua. Baik pemilik maupun pemelihara, masing-masing menerima Rp 10 juta.
Hasil yang diperoleh seorang buruh tani, selanjutnya digunakan untuk membeli anak sapi perah sendiri.
Sapi betina tersebut setelah dewasa, tidak untuk dijual tetapi diperah. Sedangkan susunya, selain dikonsumsi sendiri juga dipasok ke industri pengolahan susu.
Ketua Koperasi Margo Makmur Mandiri, Munir Khan, mengatakan, upaya yang dilakukan para “preman”, menjadikan kehidupan mereka jauh lebih baik.
“Kata, “preman” jangan diartikan negatif. “Preman” bagi warga Brau, adalah buruh tani,” kata Munir Khan.
Ia, menuturkan, kerjasama saling menguntungkan model Brau, merubah kehidupan para “preman”.
Sebagian besar buruh tani, banyak yang telah memiliki hewan penghasil susu murni itu.
Dampaknya, populasi sapi perah di Brau, terus bertambah. Bahkan hewan yang menjadi andalan petani ini berjumlah 1.200 ekor, melebihi jumlah penduduknya sebanyak 500 orang.
Produksi susu murni sebelum wabah penyakit mulut dan kuku (PMK), menyerang Brau, mencapai 7.500 liter per hari. Setelah PMK turun menjadi 5.000 liter per hari.
Seekor sapi perah rata-rata menghasilkan 15 liter susu murni per hari. Sedangkan harga susu per liter Rp. 7.300.
Seiring meningkatnya penghasilan penduduk Brau, cara mengangkut pakan ternak berupa rumput gajah, tidak lagi dipikul, namun diangkut menggunakan sepeda motor.
Rumput gajah tersebut diambil dari lahan milik Perum Perhutani, yang berlokasi di wilayah Kecamatan Gunungsari, Kota Batu.
Pengadaan pakan ternak, aman bagi peternak sapi perah. Pihak Koperasi Margo Makmur Mandiri, telah bekerjasama dengan Perum Perhutani.
Lahan kosong di sela pohon satu dengan lainnya, boleh ditanami rumput gajah yang mudah tumbuh. Sedangkan imbal baliknya, para peternak wajib memelihara pohon di hutan lindung itu.
Pengolahan Keju
Ketika wabah PMK menyerang sapi perah di Brau, peternak panik, karena hewan peliharaannya itu, banyak yang terdampak.
Setelah sapi divaksin, sampai empat kali dan makanan berupa konsentrat diperbaiki, kini kondisi sapi dan produksi susu murni mulai membaik.
Pemasaran susu murni milik peternak tidak terkendala, karena selain dipasok ke pengolahan keju, di Brau, juga dipasok ke usaha swasta lainnya.
Pemilik unit produksi pengolahan keju, Dapin Marendra, mengatakan, ia, membuka usahanya, setelah mengetahui Dusun Brau, menghasilkan banyak susu murni, sebagai bahan utama pembuatan keju Mozzarella, Cheezu.
Mozzarella buatan Dusun Brau, dikatakan Dapin, lebih gurih dibanding produk impor. Cita rasa yang lebih gurih itu, cocok untuk usaha kuliner seperti pizza lokal, ayam geprek dan lainnya.
Kapasitas produksi diakui, tidak terlalu besar, tetapi pernah mencapai empat ton per bulan, bergantung pada pasokan susu murni.
Hasil produksinya, sudah merambah Jakarta, Surabaya, Jember, Lumajang, Blora, Bali dan Kalimantan.
Usaha yang dirintis Dapin, sempat terhenti, karena pasokan susu murni melalui koperasi turun drastis. Penurunan terjadi sebagai dampak dari wabah PMK, yang mencapai puncaknya pada Mei Tahun 2022.
Kini, setelah PMK mulai menuju ke titik normal, produksinya berangsur naik menjadi satu ton per bulan.
Ia berharap, wabah PMK segera tuntas, pasokan susu murni kembali lancar, sehingga produktivitas pembuatan keju meningkat kembali.
Ketua Kelompok Tani Margomulyo, Munir Khan, menyatakan hal yang sama, supaya PMK, segera hilang, untuk mengangkat kembali keterpurukan peternak sapi perah saat PMK melanda Dusun Brau. (SPnews/Teguh LR)